Selasa, 04 Agustus 2015

Baca Info Saja Malas, Apalagi Baca Buku?



 
Baca-info-saja-malas-apalagi-baca-buku
doc.pribadi
Memberi info secara jelas dan detail  memang sangat penting. Apalagi untuk sebuah event yang akan digelar, baik tentang lomba, kopdar, ataupun undangan pernikahan. Dengan itu pihak panitia atau tuan rumah berharap peserta atau tamu tidak bingung atau malah salah paham. 

Majalah atau penerbit yang mengadakan lomba, biasanya juga memberikan syarat dan ketentuan juga kompensasi bagi para peserta dan pemenang yang ditulis secara detail. 

Undangan pernikahan pun sekarang selalu dilampiri peta lokasi bahkan rute bus atau angkutan umum. Semua ini tentu diharapkan agar dapat membuat para undangan tidak salah jalan.
Masalahnya adalah tak sedikit peserta dan tamu undangan yang justru membaca sekilas bahkan mengabaikan informasi tersebut. Kalau kita perhatikan di FB misalnya, jika ada event lomba, meskipun sudah jelas-jelas ditulis semua syarat dan ketentuan dengan detail masih saja ada yang bertanya. Padahal kalau kita mau membaca dan tidak malas, semua jawaban dari pertanyaan kita sudah ada di dalam syarat dan dan ketentuan yang diberikan.

Saya jadi ingat kisah Bu Ana tetangga saya (bukan nama sebenarnya). 
“Lho, Bu Ana, kok, baru datang, ya?” Saya dan beberapa tetangga menatap heran pada Bu Ana yang tampak kikuk berjalan di antara para tamu undangan. Saat itu kami sedang menghadiri resepsi pernikahan di gedung Tjokrosoekarnan. Acara sudah hampir selesai, mangkuk-mangkuk es krim sudah diedarkan oleh para sinom (penyaji makanan).

Ibu-ibu tetangga saya masih menatap dengan heran Bu Ana karena setahu mereka dia sudah berangkat sejak awal. Saat Bu Ana akhirnya duduk di dekat kami, semua langsung menyerbu dengan pertanyaan. “Kok, baru datang?” “Mampir ke mana aja?” “Shopping dulu?”

Bu Ana menutup wajahnya yang memerah dengan kedua tangan. “Oalah, lha, kok, gedungnya yang ini, to?” 

Kami semua saling berpandangan. “Ya memang di sini.”

Bu Ana pun bercerita panjang lebar sambil menahan malu. Rupanya Bu Ana tadi salah masuk ke gedung lain. Kebetulan gedung tersebut memang baru saja berganti nama menjadi Ndalem Tjokrosoemartan. Sekilas nama keduanya memang membingungkan, karena hampir sama.

“Walah, padahal sumbangannya sudah dimasukin kotak?” celetuk salah satu dari kami.

“Ya sudahlah, lha, wong saya sudah duduk manis agak lama,” sahut Bu Ana.

“Lha di sini nyemplungi amplop juga nggak?” salah satu ibu bertanya sambil terkikik. Kami berusaha menahan tawa. 

“Ya masukin, to, Bu!” sahut Bu Ana, dongkol bercampur keki.

“Dobel, dong, Bu,” ledek yang lain, dan kami terkekeh-kekeh.

“Makanya tadi pas di sana saya tengak-tengok, kok, nggak nemu ibu-ibu tetangga satu pun. Saya nyari Bu Teti juga nggak kelihatan padahal Bu Teti, kan, berangkat duluan. Yang among tamu, kok, ya, nggak ada yang saya kenal.” Cerita Bu Ana menaham malu.
Kami senyum-senyum menanggapi.

“Kan sudah ada petanya, to, Bu. Saya kemarin juga ngira di sana, untung lihat petanya,” beritahu seorang ibu. “Bu Ana nggak baca, ya?”

“Saya baca sekilas nama gedungnya. Saya pede aja kalau itu Niekmat Rasa. Biasanya, kan, pada ke sana, to, Bu, kalau nyewa gedung. Ealah ternyata di sini,” Bu Ana tampak masih kesal.
“Makanya, Bu, kalau ada undangan dibaca semua, yang teliti,” sela salah satu ibu.
Bu Ana manggut-manggut sambil tersenyum malu.

Sepertinya sebagian orang Indonesia memang masih malas membaca. Pernah suatu hari saya ngobrol dengan kakak saya tentang suatu kisah. Saya tunjukkan bukunya agar membacanya sendiri. Apa jawabnya?

"Aduh, aku milih mendengar ceritanya saja. Malas kalau baca bukunya."
Sebegitu malasnya kita membaca. Tapi ternyata kita tidak sendirian. Kemarin saya membaca share dari FB Pak Bambang Trim, bahwa minat baca orang Korea menurun drastis.

Menurut survey, dalam satu tahun orang Korea rata-rata membaca 1 buku.

Bagaimana dengan Indonesia? Dalam satu tahun orang Indonesia membaca 0 buku. 
Wewwwww ...!


  

4 komentar:

  1. Jiaaah....ternyata banyak yg males baca buku, yak? :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak. Makanya banyak penerbit buku yg mengeluh bahkan banyak media tutup.
      makasih sudah mampir, Mbak Ika.

      Hapus
  2. Indonesia : Antara minat baca dan peminat menjadi penulis belum berbanding lurus.

    BalasHapus
  3. Ya Allah, males baca jadi nyasar yah.

    BalasHapus